nav#menunav { border-bottom: 1px solid #e8e8e8; }

Cerita Lebaran Asik dan Pakaian Seragam Keluarga Yang Hampir Gagal

Assalammu'alaikum Wr. Wb

Apa kabar teman semua, bagaimana cerita lebaran kalian . Pasti seru dan sangat berkesan ya. Apalagi saat berkumpul bersama sanak keluarga dan menghabiskan hari-hari lebaran. Saat itu adalah momen yang paling tak bisa dilupakan .

Apalagi ditemani oleh berbagai makanan khas lebaran seperti ketupat dan aneka kue lebaran. Ada rendang atau opor. Hmmm, yummy banget. Kalo mengingat semua itu, kepengen banget deh, kalo setiap hari itu adalah hari lebaran.



Sama halnya dengan keluarga muslim lainnya, keluarga kami juga begitu. Tetapi tahun 2016 ini ada yang sedikit berbeda . Mau tahu kenapa? begini ceritanya. Setiap lebaran biasanya saya dan keluarga kecil saya selalu menyiapkan satu sampai dua stel pakaian seragam keluarga.

Nah, tahun ini karena hitungan tanggal lebarannya dekatan ama jadwal kelahiran saya. Saya kepengen yang gampang saja. Baju seragam keluarganya saya pesan dengan seorang teman di Klaten. Saya memberikan ukuran baju saya, si kakak Nawra dan kanga  Athifah. Pilihan motifnya sudah kami tentukan. .

Namun sayang temen saya itu gak bisa menjahit baju laki-laki. Jadi saya meminta bahannya aja dikirimkan untuk saya jahitkan di penjahit langganan suami saja. Sekalian akan dibuatkan untuk dedek bayinya. Kalo informasi dari USG, bayinya perempuan. Tetapi bisa saja berubah kan, jadi biar nanti dijahitnya setelah melahirkan saja.

Motif baju seragam lebaran keluarga saya kali ini adalah bunga-bunga dengan kombinasi warna biru polos. Untuk suami, rencananya cukup diambil motif bunga-bunga tersebut sebagai lis atau pinggiran pemanis di bahan biru polos. Saya sudah mendisain sederhana modelnya. Pokoknya, udah tergambar deh, nanti modelnya kayak apa dan sudah terbayang bagaimana asiknya lebaran dengan baju seragam itu.

Tanggal 15 Mei 2016, saya melahirkan bayi perempuan yang sehat. Alhamdulillah dengan persalinan normal. Jadi saya bisa segera beraktivitas seperti biasa. Meski masih di seputaran rumah saja. Seperti ibu-ibu lainnya, saya pun melakukan banyak hal untuk keperluan  menyambut dan menyiapkan kebutuhan untuk berpuasa. Termasuk untuk urusan pakaian anak-anak. Mereka sudah saya belikan pakaian seragam kakak dan adik. Baju seragam keluarga, tinggal menunggu, katanya akan dikirim sebelum lebaran. Ya, tinggal ditunggu, semua sudah aman.


Hari berganti, bulan puasa sudah berlalu hampir setengahnya. Pada hari kedua puluh baju seragam yang ditunggu memang datang akan tetapi bahan yang belum dijahit tidak  dikirimkan. Setelah saya konfirmasi, si teman memberi alasan  karena bahannya habis dan tidak ada stok lagi. Adanya motif lain. 

Duh, bagaimana ini. Waktunya sangat mepet, jika dicoba dibeli Misalnya, via internet. Kayaknya gak bakalan terkejar. Mungkin nyampenya habis lebaran, atau saya cari sendiri di sini, siapa tahu ada. Sempat mau beli bahan polos saja dengan warna yang mirip lalu dijahit.  Tapi kapan jahitnya. Makin dekat hari lebaran. Biasanya tukang jahit gak nerima jahitan lagi. Gimana ini?

Setelah dipikir-pikir kayaknya emang gak bakalan bisa. Apalagi kesibukan saya mengurusi bayi, pastinya sedang repot banget ya. Mau pergi kemana-mana saya pasti harus membawa baby Nasya dan itu sangat riweh dan kasian juga ama dedek bayinya.

Wah, bakalan gagal pakai baju seragam nih, baby Nasya juga gak ada baju seragamnya. Cuma saya dan dua putri saya yang ada seragam bajunya. Ya, mau bagaimana lagi. Gak bisa dipaksain sekarang, serba tidak mungkin. Daripada pusing mikirin baju lebaran, ya sudahlah. Diputuskan untuk memakai  baju lebaran tahun kemarin aja deh. Yang penting sekarang fokus ama sepuluh hari terakhir puasa aja dulu.






Saat hari lebaran pertama, ternyata Kakak Nawra menolak untuk memakai baju seragam lebaran tahun kemarin. Dia mau memakai baju seragam lebaran yang baru. Ya, sudah, kami bertiga akhirnya memakai baju lebaran yang samaan. Baby Nasya memakai bajunya yang warna biru. Ya, samaaan warna sama kakak-kakaknya. Gak masalah kan. Lagian juga yang namanya baby, sebentar aja udah ganti baju. Pulang dari salat idul fitri, benar kan tak lama baby Nasya diganti bajunya, pakai baju warna ungu karena gak ada lagi stok baju birunya, hehehe.
Setelah acara salam-salaman dengan suami, orang tua dan keluarga. Kami ngumpul semua di rumah ibu saya. Setelah ngumpul, momen yang tak pernah kami lupakan saat lebaran adalah foto-foto keluarga. Lalu tiba giliran keluarga saya. Kami berfoto dengan ibu terlebih dahulu, lalu keluarga kecil kami saja. Pas mau difoto, kakak-kakak saya protes kepada suami. Kok, bajunya tidak sama. Gak kompak, kata mereka. Ayo ganti dulu, biar seragam.

Saya jadi senyum-senyum, pengen kasih alasan. Kenapa suami pake baju koko warna putih. Tapi suami langsung masuk kamar dan bilang kepada kita semua. Tunggu, dia mau ganti baju dulu.

Dan tralalala, suami sudah berganti baju warna biru. Warnanya mirip-miriplah dengan baju seragam yang kami pakai. Saya sempat bingung dan mau bertanya tapi nanti aja deh. Setelah sesi foto aja , hehehe.



Akhirnya, jadi juga nih, pakai baju seragam pas lebaran. Tapi eeeit, tunggu dulu, baby Nasya gak samaan bajunya. Tuh, dia nangis pengen baju yang samaan ama yang lain. Idih, siapa suruh sih baby Nasya bajunya diganti, makanya dedek cantik kalo lagi mimik jangan belepotan dong, hehehe.


Setelah agak siang dan selepas salat zuhur. Saya menanyakan soal baju biru yang tadi suami pake. Soalnya saya masih penasaran. Kapan dibelinya ya, hehehe. Masa saya gak diberitahu sebelumnya. Apa mau dibikin kejutan dan kenapa juga gak dipake sejak awal. Malah pas salat pake baju warna lain. Kalo ada kan bisa seragaman sejak awal ya. Sejak mau salat Idul Fitri ya, biar terlihat harmonis dan kompak, ciye!

Jadi kata suami, sejak tahu kejadian bahan baju gak dikirim dan emang gak mungkin lagi dijahit. Suami punya ide untuk membeli yang sudah jadi aja. Ya, model-model kayak kemeja aja. Dengan warna yang sama dengan punya saya dan anak-anak.

Saban pulang kerja, sekitar satu jam,  suami pergi ke toko pakaian mencari kemeja yang warnanya samaan, biru. Pergi ke pusat perbelanjaan modern, ke pasar tradisional sampai ke pasar tumpah atau pasar kaget yang biasanya juga menjual semua kebutuhan lebaran termasuk pakaian. Demi mencari si baju biru.

Supaya gak salah atau keliru jauh warna bajunya. Suami membawa jilbab si Athifah sebagai contoh warna bahan. Jadi setiap udah ketemu baju warna biru, selalu warnanya dicocokan dengan warna jilbab. Dikeluarkanlah jilbabnya dari tas kerja suami. Dan ternyata mencari baju warna biru itu susah.

Kata suami, udah ketemu bajunya, oke model dan warnanya. Eh, ukurannya gak ada yang pas. Lalu, ada juga yang dilihat dari jauh, sekilas mirip. Pas dideketin apalagi disamakan ama jilbab. Eh, kok beda. Ada lagi warna oke, sama banget. Pas dilihat dan dicoba. Kok, modelnya anak muda banget ya. Pas dicoba keliatan jungkisnya, ya layaknya anak remaja, hehehe. Ah, pokoknya banyak sekali suka dukanya demi si baju biru. Mana nyari bajunya buru-buru, kuatir kalo sampai kesorean balik ke rumah. Gak sempat menyiapkan takjil. Saya kan masih nifas jadi emang suami dan si kakak yang banyak menyiapkan keperluan sahur dan buka. Sering banget membeli makanan, terutama menjelang mau berbuka sekalian ngabuburit nunggu bedug.

Alhamdulillah , perjuangan suami dalam mencari si baju biru  akhirnya setelah sepekan ketemu juga. Lega katanya. Meski masih sempat  gak pede, takut gak samaan ama yang lain. Makanya gak langsung dikeluarkan dan dipakai. Saya juga gak diberitahu.  Tapi kata suami,  ujung-unjungnya dia kepikiran, emang mau dijadikan kejutan aja deh, biar nanti pas lebaran aja.

Mendengarkan cerita perjuangan suami dalam mencari baju biru saya jadi terharu, sekaligus kasian. Diakan puasa, kok bela-belain sih muter-muter ke pasar buat nyari baju. Pasti sangat melelahkan. Biasanya pakaian lebaran sama halnya dengan anak-anak selalu saya siapkan. Tapi kali ini, suami berjuang buat menyenangkan kami semua, agar bisa pakai baju seragam, agar saya dan anak-anak juga nyaman dan senang.

"Pokoknya lebaran akan tetap asik, meski kita gak pakai baju seragam atau baju baru karena sesungguhnya cerita lebaran  itu sendiri yang akan membuat kita menjadi bahagia, riang dan gembira. Bukan karena bajunya. Tapi Baba, melakukan itu semua hanya dengan tujuan agar lebaran kita kali ini akan lebih indah dan banyak ceritanya. " ucap suami, saat kuluapkan perasaan haruku kepadanya.  Saya peluk dan cium suami dengan perasaan tak menentu saking senangnya.




Iya, saya sepakat dengan ucapan suami, lebaran itu akan mengalirkan sejuta cerita indah kepada siapa saja yang memahaminya. Lebaran akan melahirkan banyak kasih sayang, kepedulian dan cinta kasih. Meski tanpa baju baru dan seragam keluarga, kenikmatan lebaran tak akan ternoda oleh apa pun dan oleh siapa pun. Lebaran akan tetap memberikan cinta, kebahagian, senyum dan cerita indah di sepanjang masa yang tak akan pernah sanggup kita lupakan. Sepakat kan!

Itu tadi ya, cerita lebaran keluarga saya dan perjuangan suami dalam mencari baju biru demi baju seragam lebaran keluarga kami. Pelajarannya, persiapan yang matang dan jauh-jauh hari akan lebih baik untuk hasil yang maksimal. Saya berharap tahun depan hal seperti ini tidak terulang kembali. Semoga cerita saya dapat memberikan manfaat dan inspirasi kepada yang lain ya.

Oh, ya hampir lupa, saya mau mengingatkan kepada  teman-teman jangan lupa ya buat hadir di acara Diaryhijaber yaitu 

Hari Hijaber Nasional yang akan dilaksanakan pada :
Tanggal  : 07 Agustus - 08  Agustus 2016
Tempat   : Masjid Agung Sunda Kelapa, Menteng, Jakarta Pusat 


Dada, sekian dulu ya cerita lebaran saya yang asik
Salam
Baca Juga

Related Posts

8 comment

  1. Wah bajunya kompakaan.. Saya belum pernah punya baju keluarga kompakan hiks

    BalasHapus
    Balasan
    1. hayuuk bikin mba, dari ethica aja banyak pilihannya #eeaa

      Hapus
  2. Wa'alaikumussalam Warohmatullohhi Wabarokatuh

    Biasanya, pengalaman serupa ketika masih anak-anak..hehe
    Semakin gede, semakin jarang pake seragam.

    TItip salam untuk Keluarga Mbak Milda.

    BalasHapus
    Balasan
    1. hehehe, belum tau ni kalo udah gedean, kita liat aja ntar ya

      kayaknya yg bakalan selalu sama adalah kalo si kakak baju baru si adik juga mau

      Hapus
  3. asiknyaa, bisa seragaman di hari raya :)

    BalasHapus
  4. selalu suka melihat keluarga yang memakai baju seragam, kesannya mereka kompak dan bahagia :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. iya benar mba, rasanya begitu, makanya kepengen terus

      Hapus

Terima kasih sudah mampir dan komen di blog saya. Mohon tidak komentar SARA, Link Hidup. Semoga makin kece, sehat dan banyak rejeki ya. Aamiin